Institut Ilmu Kesehatan (IIK) Bhakti Wiyata kembali menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan wawasan terbaru bagi sivitas akademika dan praktisi farmasi dengan menyelenggarakan Seminar Pakar bertajuk "Pharmacy Toward Wellness, Innovation, Sustainability, and Empowerment", Rabu (08/10/2025)
Acara ini dilaksanakan secara luring di kampus IIK Bhakta, Kediri, dengan menghadirkan narasumber utama, Prof. Dr. apt. Satibi, M.Si., Dekan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM).
Seminar ini menjadi wadah penting dalam menyelaraskan perkembangan ilmu kefarmasian dengan tantangan global yang kian kompleks. Tema besar yang diangkat Wellness, Innovation, Sustainability, and Empowerment merepresentasikan arah masa depan dunia farmasi yang tidak lagi hanya berfokus pada penyediaan obat, namun juga pada penguatan peran apoteker dalam sistem kesehatan secara menyeluruh.
Dalam pemaparannya, Prof. Satibi menekankan bahwa paradigma pelayanan kefarmasian harus bergeser dari sekadar drug oriented menjadi patient oriented, dan kini berkembang menuju wellness-oriented. “Apoteker memiliki peran strategis dalam menjaga dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, tidak hanya ketika mereka sakit, tetapi juga dalam upaya promotif dan preventif,” ujarnya.
Lebih lanjut, Prof. Satibi menyoroti pentingnya integrasi layanan farmasi klinik dengan pendekatan kesehatan holistik, di mana aspek gaya hidup, nutrisi, dan edukasi pasien menjadi bagian integral dari pelayanan kefarmasian masa kini.
Seiring pesatnya kemajuan teknologi, inovasi menjadi kunci dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan farmasi. Prof. Satibi mencontohkan berbagai implementasi teknologi, seperti penggunaan sistem informasi farmasi, aplikasi pemantauan terapi pasien, serta telepharmacy yang memungkinkan konsultasi jarak jauh antara apoteker dan pasien.
“Inovasi bukan hanya soal alat, tapi juga cara berpikir. Mahasiswa farmasi harus dibekali kemampuan problem solving dan critical thinking agar mampu menciptakan solusi atas permasalahan kesehatan di masyarakat,” tegasnya.
Sustainability atau keberlanjutan menjadi sorotan penting dalam seminar ini. Dunia farmasi tak luput dari isu lingkungan, mulai dari limbah obat, produksi farmasi yang tidak ramah lingkungan, hingga akses terhadap obat yang adil dan merata.
Prof. Satibi menekankan perlunya praktik farmasi yang berkelanjutan, termasuk dalam penggunaan bahan baku alami, pengelolaan limbah farmasi, serta pengembangan green pharmacy. “Mahasiswa dan tenaga kefarmasian harus mulai berpikir bagaimana profesi ini bisa berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan dan keadilan sosial,” tambahnya.
Bagian akhir pemaparan Prof. Satibi menyoroti pentingnya empowerment baik bagi apoteker maupun masyarakat. Ia menekankan bahwa apoteker harus diberdayakan melalui pendidikan yang berkualitas, pelatihan berkelanjutan, serta regulasi yang mendukung praktik profesionalisme.
Sementara itu, masyarakat juga harus diberdayakan agar mampu mengambil keputusan yang tepat terkait penggunaan obat dan kesehatan. Di sinilah peran apoteker sebagai educator dan counselor menjadi sangat vital.
“Apoteker bukan sekadar ‘penjaga apotek’, tapi agen perubahan di bidang kesehatan masyarakat,” tegas Prof. Satibi, menutup pemaparannya yang disambut antusias oleh peserta seminar.
Seminar ini dihadiri oleh mahasiswa, dosen, dan praktisi farmasi dari berbagai institusi. Dalam sesi tanya jawab, peserta aktif mengajukan pertanyaan seputar tantangan implementasi inovasi teknologi di apotek, strategi promosi wellness di masyarakat, hingga peluang riset di bidang farmasi berkelanjutan.
Dengan terselenggaranya seminar pakar ini, IIK Bhakta berharap dapat terus menjadi garda terdepan dalam pengembangan keilmuan dan kompetensi tenaga kefarmasian yang relevan dengan kebutuhan zaman. Semangat menuju wellness, innovation, sustainability, dan empowerment bukan hanya menjadi slogan, tetapi juga menjadi arah nyata pengembangan farmasi di Indonesia.